Kisah Pohon Yang Disebut Dzatu Anwath

Kisah Dzatu Anwath | al-uyeah.blogspot.com
Demikianlah, bani Israil telah diselamatkan Allah Subhanahu wata’ala dari kehinaan dan kekejaman Fir’aun. Allah Subhanahu wata’ala menghancurkan musuh mereka bahkan memperlihatkan kepada mereka kebinasaan Fir’aun dan bala tentaranya yang tenggelam di Laut Merah.

Tidak hanya itu, jasad Fir’aun yang telah kehilangan nyawa, Allah Subhanahu wata’ala tunjukkan dan Allah Subhanahu wata’ala abadikan agar menjadi pelajaran dan peringatan bagi orangorang yang datang sesudahnya.

Setelah melihat sendiri kehancuran musuh mereka, bani Israil merasa puas dan lega. Dengan penuh rasa syukur, Nabi Musa ‘alaihis salam membawa mereka meninggalkan tempat tersebut.

Nabi Musa membawa bani Israil menjauh dari tepi Laut Merah. Di depan, mulai tampak tanda-tanda kehidupan. Atap-atap rumah penduduk daerah itu mulai terlihat.

Di sebuah tempat, masih dalam perjalanan, mereka melihat penduduk negeri yang akan mereka lewati itu sedang tirakat, beribadah kepada berhalaberhala mereka.

Melihat perbuatan penduduk negeri itu, bani Israil berkata kepada Nabi Musa ‘alaihis salam, sebagaimana disebutkan oleh Allah Subhanahu wata’ala dalam firman-Nya,

قَالُوا يَا مُوسَى اجْعَل لَّنَا إِلَٰهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ ۚ قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ () إِنَّ هَٰؤُلَاءِ مُتَبَّرٌ مَّا هُمْ فِيهِ وَبَاطِلٌ مَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ () قَالَ أَغَيْرَ اللَّهِ أَبْغِيكُمْ إِلَٰهًا وَهُوَ فَضَّلَكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ

“Hai Musa, buatlah untuk kami satu sesembahan sebagaimana mereka mempunyai beberapa sesembahan.” Musa menjawab,“Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui. Sesungguhnya atas mereka itu, akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal apa yang selalu mereka kerjakan.” Musa menjawab, “Patutkah aku mencari satu sesembahan (ilah) untuk kamu selain Allah, padahal Dialah yang telah melebihkan kamu atas segala umat?” (al-A’raf: 138-140)

Mendengar teguran keras Nabi Musa ‘alaihis salam ini, mereka terdiam dan tidak jadi melanjutkan keinginan tersebut. Seandainya mereka tetap melanjutkan keinginan itu, pasti mereka ditimpa azab; dihancurkan, sebagaimana dalam ayat tersebut. Beliau mengingatkan mereka akan karunia Allah Subhanahu wata’ala yang telah menyelamatkan mereka dari kekejaman Fir’aun, bahkan memperlihatkan bagaimana Allah Subhanahu wata’ala membinasakan Fir’aun dan bala tentaranya, serta melebihkan mereka dari seluruh manusia pada masa itu.

Ribuan tahun kemudian, sebagian sahabat yang baru masuk Islam, ada yang meminta hal yang sama kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Abu Waqid al-Laitsi radhiyallahu ‘anhu menceritakan, “Kami berangkat bersama Rasululah Shallallahu ‘alaihi wasallam menuju Hunain, sementara kami baru saja meninggalkan kekafiran (baru masuk Islam) dan orang-orang musyrik mempunyai sebatang pohon sidr (bidara) yang selalu mereka i’tikaf (tirakat) di dekatnya. Mereka biasa menggantungkan senjata-senjata mereka di pohon itu, yang namanya Dzatu Anwath.

Kami pun melewati pohon seperti itu, lalu kami berkata,‘Ya Rasulullah, buatkanlah untuk kami Dzatu Anwath sebagaimana mereka mempunyai Dzatu Anwath.”

Serta-merta Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, ‘Allahu Akbar, sungguh ini (ucapan kalian ini) adalah sunnah (jalan hidup, kebiasaan, tradisi orang-orang sebelum kalian), kalian telah berkata – demi yang jiwaku di Tangan-Nya- sebagaimana yang dikatakan bani Israil (dalam ayat),

يَا مُوسَى اجْعَل لَّنَا إِلَٰهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ ۚ قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ

‘Ya Musa, buatkanlah kami satu sesembahan sebagaimana mereka mempunyai beberapa sesembahan.’ Musa menjawab,‘Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui. Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti jalan hidup orang-orang sebelum kalian’.”(1)

Benarlah sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam. Berita nubuwah yang tidak mungkin disanggah dengan akal secerdas apa pun. Berita yang keluar dari manusia terbaik, yang tidak berbicara dengan hawa nafsunya, bahwa dari kalangan umat ini pasti akan ada yang mengikuti cara hidup orang-orang sebelum mereka, baik itu Yahudi dan Nasrani maupun Persia dan Romawi.

Akan tetapi, ada satu hal yang harus dicermati, bahwa meskipun hadits tersebut sahih, ada pula hadits lain yang juga sahih, yang menegaskan tidak semua umat beliau terjerumus melakukan perbuatan yang meniru orang-orang Yahudi, Nasrani, Romawi, dan Persia.

Itulah orang-orang yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wata’ala; orang-orang yang senantiasa berpegang teguh dengan Kitab Allah Subhanahu wata’ala dan sunnah Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wasallam.

1 HR. at-Tirmidzi (2180) dinyatakan sahih oleh asy-Syaikh al-Albani rahimahullah (Shahih Sunan at-Tirmidzi [1/235]).

dikutip dari "Ibrah Melintasi Laut Merah"
Al Ustadz Abu Muhammad Harits
AsySyariah.com
Tulisan ini ditujukan untuk ana dan keluarga. Dibuat dengan cinta. Saran dan nasihat silakan tulis di kolom komentar.

Ada Pertanyaan?




Silakan antum tanyakan ke asatidzah dengan datang saja ke majelis ilmu terdekat, cek lokasinya kajian Info Kajian. Baarakallahu fiikum.
Previous
Next Post »
0 Komentar

Silakan tuliskan komentar, saran dan nasihat antum. Namun tidak semua akan tampilkan.