Allah Mengetahui Sedangkan Engkau Tidak Mengetahui

Allah Mengetahui Sedangkan Engkau Tidak Mengetahui | al-uyeah.blogspot.com
Allah ta’ala berfirman: (yang artinya)
Diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”  (QS. Al-Baqarah : 216)

Berkata ibnul qoyim rohimahulloh:
Didalam ayat ini terdapat beberapa hikmah, rahasia-rahasia, dan kemaslahatan bagi seorang hamba. Sesungguhnya hamba tatkala mengetahui bahwa sesuatu yang dibenci kadang datang berbarengan dengan hal-hal yang dicintai, dan hal-hal yang dicintai kadang datang dengan hal-hal yang di benci. 

Dengan hal ini seseorang Tidak aman tatkala mendapatkan kesenangan akan selalu diiringi dengan sesuatu bahaya, dan sesuatu yang bahaya akan diiringi dengan hal-hal yang kebahagiaan kerena tidak ada seorangpun yang mengetahui hari esok, sesungguhnya Allah maha mengetahui dan kalian tidak mengetahui. 

Sehingga mewajibkan bagi seorang hamba mempunyai beberapa perkara, yaitu:
1. Tidak ada yang hal mendatangkan manfaat, kebahagiaan kecuali ia harus melakukannya walaupun ia anggap itu berat dan menyakitkan. Karena pada akhirnya ia akan mendapatkan kebaikan, kebahagiaan, kelezatan, dan kegembiraan, walaupun jiwanya sangat membenci hal itu tetapi hal itu lebih baik baginya,

sebaliknya tidak ada hal yang sangat membahayakan kecuali tatkala ia melanggar larangan-larangan Allah walaupun hawa nafsunya sangat cinta, dan selalu mendorong kepada hal itu. Karena pada akhirnya akan membuahkan kesakitan, kepedihan, kesedihan, keburukan, mushibah. 

Sedangkan tugas akal ini adalah mengemban hal-hal yang ringan untuk mendapatkan kelezatan yang sangat besar, kebaikan yang banyak dan menghindari kesenangan yang semu karena pada akhirnya akan mendatangkan kesengsaraan yang lama dan keburukan yang panjang.

Orang yang bodoh hanya melihat sesuatu itu pada permulaannya saja, seakan-akan perkaranya selalu susah, sengsara dari awalnya sampai akhir. 

Sedangkan orang yang yang pintar berakal melihat sesuatu perkara pada tujuan akhirnya. Dia melihat akhir semua perkara dan kemaslahatan dari perkara itu. Bahwa dibalik itu semua ada kebaikan yang besar bagi dirinya.

Dia melihat larangan-larangan Allah ibarat makanan yang lezat yang terdapat racun yang membahayakan. Setiap kali ia ingin memakannya maka ia tahan karena terdapat racun didalamnya.

Sebaliknya tatkala ia melihat perintah-perintah Allah ibarat obat yang pahit yang membawa kesembuhan dan kesehatan, setiapkali ia menghindari dari obat tersebut hatinya selalu mendorongnya untuk meminum obat tersebut karena terdapat kesembuhan dan kesehatan didalamnya. 

Akan tetapi didalam hal ini seseorang harus mempunyai bekal ilmu pengetahuan yang sangat mendalam dari permulaanya, disertai dengan kesabaran yang sangat kuat didalam menjalani terapi yang sangat pahit dan berat ini, hingga ia mendapatkan hasil yang memuaskan, dan kesembuhan yang sempurna. 

Apabila keyakinan dan kesabaran hilang darinya akan luput pula kesembuhan tersebut. Dan apabila keyakinan dan kesabarannya menguat akan semakin ringan bebannya didalam mencari kebaikan yang abadi dan kelezatan yang kekal selamanya.

2. Diantara rahasia dari ayat ini adalah, mewajibkan bagi seorang hamba untuk selalu menyerahkan perkaranya kepada Yang Maha Mengetahui hal-hal yang ghoib, mengetahui perkara yang akan datang, serta ridho terh -adap keputusan-Nya, serta menjalankan ketentuan yang Allah pilih baginya diiringi dengan mengharapkan pahala dan kebaikan dari Allah azza wajalla.

3. Dalam hal ini ia tidak boleh mencela, membantah ketentuan Allah azza wajalla. Tidak boleh mengatakan “Allah tidak adil didalam hal ini” , “kenapa Allah berbuat kepadaku seperti ini”, dan lain sebaginya dari kata-kata membantah terhadap ketentuan Allah azza wajalla. Karena bisa jadi kehancuran dan kebinasaannya itu dari apa yang ia senangi tetapi ia tidak mengetahui. Tetapi ia harus meminta dan terus meminta kebaikan kepada Alla azza wajalla terhadap musibah yang menimpanya. Tidak ada sesuatu yang lebih bermanfaat selain daripada itu.

4. Apabila ia telah menyerahkan semuanya kepada Allah, dan telah ridha dari ketentuan yang Allah pilih baginya, maka Allah akan menolongnya dengan kekuatan dan kesabaran, akan Allah palingkan baginya segala mushibah dan malapetaka dari dirinya. Dan Allah tampakan padanya kebaikan yang banyak yang sebelumnya belum pernah terjadi padanya.

5. Allah perlihatkan bagi diri hamba tersebut keburukan-keburukan setelahnya pada setiap keinginannya. Sehingga ia bisa konsentrasi menerima taqdir dan ketentuan dari-Nya dan mentadaburi ketentuan Allah yang kadang ia sadar terkadang juga tidak menyadarinya. Akan tetapi iapun tidak bisa keluar dari takdir Allah azza wajalla. Kalu seandainya ia ridho menerima ketentuan Allah terhadap dirinya maka ia akan menjadi hamba yang bersyukur dan terpuji dan kalau tidak, maka ia tetap dalam ketentuan Allah, tidak bisa keluar darinya dan diapun menjadi tercela dan celaka karena ia memilih ketentuannya sendiri. Selama ia menyerahkan semuanya kepada Allah serta ridho kepada-Nya maka Allah akan meringankan terhadap musibahnya.

Lihat al fawaid ibnul qoyim hal 167. Sumber : darussalaf.or.id
Tulisan ini ditujukan untuk ana dan keluarga. Dibuat dengan cinta. Saran dan nasihat silakan tulis di kolom komentar.

Ada Pertanyaan?




Silakan antum tanyakan ke asatidzah dengan datang saja ke majelis ilmu terdekat, cek lokasinya kajian Info Kajian. Baarakallahu fiikum.
Previous
Next Post »
0 Komentar

Silakan tuliskan komentar, saran dan nasihat antum. Namun tidak semua akan tampilkan.