Keutamaan Adzan | al-uyeah.blogspot.com |
Banyak hadits yang datang menyebutkan keutamaan adzan dan orang yang menyerukan adzan (muadzin). Di antaranya berikut ini:
Abu Hurairah radiyallahu'anhu mengatakan, Rasulullah Shallallahu'alaihiwasalam bersabda:
Dari Abu Hurairah radiyallahu'anhu juga, ia mengabarkan sabda Rasulullah Shallallahu'alaihiwasalam:
Muawiyah radiyallahu'anhu berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu'alaihiwasalam bersabda:
Abu Sa’id Al-Khudri radiyallahu'ahu mengabarkan dari Rasulullah Shallallahu'alaihiwasalam:
Ibnu ’Umar radiyallahu;anhu berkata: Rasulullah Shallallahu'alahiwasalam bersabda:
Ibnu Mas’ud radiyallahu'anhu berkata: Ketika kami bersama Rasulullah Shallallahu'alaihiwasalam dalam satu safar, kami mendengar seseorang menyerukan, ”Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Nabiyullah Shallallahu'alahiwasalam bersabda, ”Dia di atas fithrah.” Terdengar lagi seruannya, ”Asyhadu an laa ilaaha illallah.” ”Ia keluar dari api neraka,” kata Rasulullah Shallallahu'alaihiwasalam. Kami pun bersegera ke arah suara seruan tersebut. Ternyata orang itu adalah pemilik ternak yang mendapati waktu shalat ketika sedang menggembalakan hewannya, lalu ia menyerukan adzan. (HR. Ahmad 1/407-408. Guru kami Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i rahimahullah berkata, ”Hadits ini shahih di atas syarat Syaikhain.” Lihat Al-Jami’ Ash-Shahih Mimma Laisa fish Shahihain, 2/56, 57)
Rasulullah Shallallahu'alahiwasalam mendoakan para imam dan muadzin:
Aisyah radiyallahu'anha berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu'alaihiwasalam bersabda:
Catatan Kaki
1 Ahlul ilmi berselisih pendapat dalam memaknakan lafadz ini. Ada yang mengatakan, maknanya adalah orang yang paling banyak melihat pahala. An-Nadhr ibnu Syumail rahimahullah berkata, “Apabila manusia pada hari kiamat nanti dikekang dengan keringat mereka, menjadi panjanglah leher para muadzin agar mereka tidak mendapatkan bencana tersebut dan tidak ditenggelamkan oleh keringat.”
Adapula yang memaknakannya dengan tokoh, karena orang Arab menyifatkan tokoh/pimpinan dengan leher panjang.
Adapula yang memaknakan banyak pengikutnya. Ibnul Arabi mengatakan, “Orang yang paling banyak amalnya.”
Al-Qadhi Iyadh rahimahullah dan selainnya berkata, “Sebagian ulama ada yang meriwayatkan lafadz ini dengan mengkasrah hamzah, sehingga dibaca i’naqan yang bermakna paling cepat menuju ke surga.”
Ibnu Abi Dawud berkata: Aku mendengar ayahku berkata tentang maknanya, “Manusia pada hari kiamat nanti akan kehausan. Bila seseorang haus terlipatlah lehernya sedangkan para muadzin tidak merasakan haus, maka leher-leher mereka tetap tegak.” (Nailul Authar, 1/485-486)
2 Mengetahui al-haq dan mau mengikutinya.
dikutip dari "Adzan dan Iqomah (bagian satu)"
dituis oleh: Al-Ustadz Abu Ishaq Muslim Al-Atsari
AsySyariah.com
Abu Hurairah radiyallahu'anhu mengatakan, Rasulullah Shallallahu'alaihiwasalam bersabda:
إِذَا نُوْدِيَ لِلصَّلاَةِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ وَلَهُ ضُرَاطٌ، حَتَّى لاَ يَسْمَعَ التَّأْذِيْنَ، فَإِذَا قَضَى النِّدَاءَ أَقْبَلَ حَتَّى إِذَا ثَوَّبَ بِالصَّلاَةِ أَدْبَرَ….
”Apabila diserukan adzan untuk shalat, syaitan pergi berlalu dalam keadaan ia kentut hingga tidak mendengar adzan. Bila muadzin selesai mengumandangkan adzan, ia datang hingga ketika diserukan iqamat ia berlalu lagi…” (HR. Al-Bukhari no. 608 dan Muslim no. 1267)Dari Abu Hurairah radiyallahu'anhu juga, ia mengabarkan sabda Rasulullah Shallallahu'alaihiwasalam:
لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الْأَوَّلِ ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِِلَّا أَنْ يَسْتَهِمُوْا عَلَيْهِ لاَسْتَهَمُوْا….
”Seandainya orang-orang mengetahui besarnya pahala yang didapatkan dalam adzan dan shaf yang awal kemudian mereka tidak dapat memperolehnya kecuali dengan berundi niscaya mereka rela berundi untuk mendapatkannya…” (HR. Al-Bukhari no. 615 dan Muslim no. 980)Muawiyah radiyallahu'anhu berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu'alaihiwasalam bersabda:
الْمؤَذِّنُوْنَ أَطْوَلُ النَّاسِ أَعْنَاقًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
”Para muadzin adalah orang yang paling panjang lehernya(1) pada hari kiamat.” (HR. Muslim no. 850)Abu Sa’id Al-Khudri radiyallahu'ahu mengabarkan dari Rasulullah Shallallahu'alaihiwasalam:
لاَ يَسْمَعُ مَدَى صَوْتِ الْمُؤَذِّنِ جِنٌّ وَلاَ إِنْسٌ وَلاَ شَيْءٌ إِلاَّ شَهِدَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
”Tidaklah jin dan manusia serta tidak ada sesuatupun yang mendengar suara lantunan adzan dari seorang muadzin melainkan akan menjadi saksi kebaikan bagi si muadzin pada hari kiamat.” (HR. Al-Bukhari no. 609)Ibnu ’Umar radiyallahu;anhu berkata: Rasulullah Shallallahu'alahiwasalam bersabda:
يُغْفَرُ لِلْمْؤَذِّنِ مُنْتَهَى أََذَانِهِ وَيَسْتَغْفِرُ لَهُ كُلُّ رَطْبٍ وَيَابِسٍ سَمِعَهُ
”Diampuni bagi muadzin pada akhir adzannya. Dan setiap yang basah ataupun yang kering yang mendengar adzannya akan memintakan ampun untuknya.” (HR. Ahmad 2/136. Asy-Syaikh Ahmad Syakir rahimahullah berkata: “Sanad hadits ini shahih.”)Ibnu Mas’ud radiyallahu'anhu berkata: Ketika kami bersama Rasulullah Shallallahu'alaihiwasalam dalam satu safar, kami mendengar seseorang menyerukan, ”Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Nabiyullah Shallallahu'alahiwasalam bersabda, ”Dia di atas fithrah.” Terdengar lagi seruannya, ”Asyhadu an laa ilaaha illallah.” ”Ia keluar dari api neraka,” kata Rasulullah Shallallahu'alaihiwasalam. Kami pun bersegera ke arah suara seruan tersebut. Ternyata orang itu adalah pemilik ternak yang mendapati waktu shalat ketika sedang menggembalakan hewannya, lalu ia menyerukan adzan. (HR. Ahmad 1/407-408. Guru kami Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i rahimahullah berkata, ”Hadits ini shahih di atas syarat Syaikhain.” Lihat Al-Jami’ Ash-Shahih Mimma Laisa fish Shahihain, 2/56, 57)
Rasulullah Shallallahu'alahiwasalam mendoakan para imam dan muadzin:
اللَّهُمَّ أَرْشِدِ الْأَئِمّةَ وَاغْفِرْ لِلَمْؤَذِّنِيْنَ
”Ya Allah berikan kelurusan(2) bagi para imam dan ampunilah para muadzin.” (HR. Abu Dawud no. 517 dan At-Tirmidzi no. 207, dishahihkan Al-Imam Al-Albani rahimahullah dalam Al-Irwa’ no. 217, Al-Misykat no. 663)Aisyah radiyallahu'anha berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu'alaihiwasalam bersabda:
الْإِمَامُ ضَامِنٌ وَالْمُؤَذِّنُ مُؤْتَمَنٌ، فَأَرْشَدَ اللهُ الْأَئِمّةَ وَعَفَا عَنِ المْؤَذِّنِيْنَ
“Imam adalah penjamin sedangkan muadzin adalah orang yang diamanahi, maka semoga Allah memberikan kelurusan kepada para imam dan memaafkan para muadzin.” (HR. Ibnu Hibban dalam Shahih-nya no.1669, dan hadits ini dishahihkan oleh Al-Imam Al-Albani rahimahullah dalam Shahih At-Targhib wat Tarhib no. 239)Catatan Kaki
1 Ahlul ilmi berselisih pendapat dalam memaknakan lafadz ini. Ada yang mengatakan, maknanya adalah orang yang paling banyak melihat pahala. An-Nadhr ibnu Syumail rahimahullah berkata, “Apabila manusia pada hari kiamat nanti dikekang dengan keringat mereka, menjadi panjanglah leher para muadzin agar mereka tidak mendapatkan bencana tersebut dan tidak ditenggelamkan oleh keringat.”
Adapula yang memaknakannya dengan tokoh, karena orang Arab menyifatkan tokoh/pimpinan dengan leher panjang.
Adapula yang memaknakan banyak pengikutnya. Ibnul Arabi mengatakan, “Orang yang paling banyak amalnya.”
Al-Qadhi Iyadh rahimahullah dan selainnya berkata, “Sebagian ulama ada yang meriwayatkan lafadz ini dengan mengkasrah hamzah, sehingga dibaca i’naqan yang bermakna paling cepat menuju ke surga.”
Ibnu Abi Dawud berkata: Aku mendengar ayahku berkata tentang maknanya, “Manusia pada hari kiamat nanti akan kehausan. Bila seseorang haus terlipatlah lehernya sedangkan para muadzin tidak merasakan haus, maka leher-leher mereka tetap tegak.” (Nailul Authar, 1/485-486)
2 Mengetahui al-haq dan mau mengikutinya.
dikutip dari "Adzan dan Iqomah (bagian satu)"
dituis oleh: Al-Ustadz Abu Ishaq Muslim Al-Atsari
AsySyariah.com
0 Komentar
Silakan tuliskan komentar, saran dan nasihat antum. Namun tidak semua akan tampilkan.