Berdoa Kepada Rosulullah

Berdoa Kepada Rosulullah | al-uyeah.blogspot.com
Kelompok Shufiyah (Sufi) telah menyebar di dunia Islam, sehingga kaum muslimin pun terbagi dua dalam menyikapi mereka. Ada yang mendukung dan ada yang menentang. Agar seseorang bisa menentukan berada di pihak yang mana dan bisa menyikapi mereka dengan benar, hendaknya ia mengetahui hakikat shufiyah yang sebenarnya. Benarkah pengakuan mereka sebagai pengikut Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah? Apakah mereka sesuai dengan ajaran Ahlus Sunnah wal Jamaah?

Untuk mengetahui hakikat mereka tentunya kita harus merujuk kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman as-salafus shalih disertai penjelasan para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah.

Siapakah Shufiyah?

Perlu diketahui, Shufiyah adalah satu lafadz yang tidak dikenal pada masa sahabat, juga tidak masyhur di masa generasi utama (sahabat, tabi’in, dan tabi’it tabi’in). Mereka muncul setelah masa tiga generasi utama. Ibnu Taimiyah rahimahullah menyebutkan awal mula munculnya shufiyah adalah di Bashrah, Irak. (Lihat Fatawa, 11/5, Haqiqatu Ash-Shufiyah hal. 13)

Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata: “Sesungguhnya bid’ah tasawuf muncul setelah tahun 200 H. Tasawuf tidak ada di zaman Nabi Shallallahu'alaihiwasalam, di zaman sahabat maupun tabi’in.” (Mushara’ah hal. 376)

Nukilan di atas menunjukkan bahwa shufiyah adalah kelompok baru dalam Islam ini.

Pemikiran Shufiyah

Bila seseorang mau adil menelaah pemikiran dan akidah amalan shufiyah, dia akan dapati banyak sekali pemikiran, akidah, dan amalan shufiyah yang menyimpang dari Islam yang dibawa Nabi Muhammad Shallallahu'alaihiwasalam.

Sebagai bentuk keadilan, marilah kita perhatikan apa yang akan kami paparkan mengenai beberapa penyimpangan prinsip, amalan, dan akidah shufiyah dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.

1. Shufiyah terpecah menjadi kelompok-kelompok atau thariqat-thariqat (tarekat-tarekat). 

Ada tarekat Tijaniyah, Qadiriyah, Naqsyabandiyah, Syadziliyah, Rifaiyah, dan lainnya. Demikianlah mereka berpecah-belah, padahal Islam melarang perpecahan dan hanya mengenal satu jalan saja. Allah Ta'ala berfirman:

“Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (Ar-Rum: 31-32)

2. Sebagian shufiyah juga berdoa kepada selain Allah Ta'ala. 

Mereka berdoa kepada nabi dan wali mereka yang masih hidup maupun yang telah mati. Padahal Allah Ta'ala berfirman:

“Dan janganlah kamu menyembah sesuatu selain Allah yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang zalim.” (Yunus: 106)

Rasulullah Shallallahu'alaihiwasalam menyatakan:

“Doa adalah ibadah.” (Shahih, HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah mengatakan: “Barangsiapa memalingkan satu macam ibadah kepada selain Allah Ta'ala maka dia adalah musyrik kafir. Dalilnya adalah firman Allah Ta'ala:

“Dan barangsiapa menyembah sesembahan yang lain disamping Allah, padahal tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Rabbnya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.” (Al-Mu’minun: 117) [Lihat kitab Tsalatsatul Ushul]

3. Shufiyah meyakini adanya badal dan quthub, yakni orang-orang yang mereka yakini sebagai wali dan diyakini ikut andil mengatur alam(1). 

Padahal Allah Ta'ala berfirman:

Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, serta siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati serta mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah.” Maka katakanlah, “Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?” (Yunus: 31)

4. Sebagian shufiyah meyakini wihdatul wujud (manunggaling kawula gusti). 

Menurut mereka, tidak ada Khalik dan makhluk (Pencipta dan yang dicipta), semuanya adalah makhluk dan semuanya adalah ilah.

5. Shufiyah membolehkan berjoget sambil menabuh rebana dan berdzikir dengan suara keras. 

Padahal Allah Ta'ala berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka.” (Al-Anfal: 2)

Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah menerangkan: “Ibnul Qayyim rahimahullah pernah menerangkan bahwa beliau pernah melihat orang-orang shufiyah berjoget di Arafah. Beliau melihat mereka berjoget diiringi rebana. Juga melihat mereka berjoget di Masjid Khaif.” (Mushara’ah hal. 388 secara ringkas)

Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah juga mengatakan: “Pernah satu hari aku naik ke Masjidil Haram bagian atas. Aku dapati sekelompok besar manusia dari Turki, Sudan, dan Yaman, mereka berjoget sambil berputar-putar(2)….” (Musharaah hal. 387)

Di antara mereka juga adalah Muhammad Kabbani(3), yang berkunjung ke Jakarta dan berdzikir serta mengajak yang hadir berjoget.

Kemudian mereka juga berdzikir dengan semata menyebut lafadz: اللهُ. Sebagian mereka hanya menyebut lafadz hu. Padahal Rasulullah Shallallahu'alaihiwasalam menyatakan:

أَفْضَلُ الذِّكْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ

“Dzikir yang paling utama adalah ucapan La ilaha illallah…” (HR. At-Tirmidzi)

6. Sebagian Shufiyah mengklaim tahu ilmu ghaib, padahal pengetahuan ilmu ghaib adalah kekhususan Allah Ta'ala. 

Allah Ta'ala berfirman:

Katakanlah: “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah.” (An-Naml: 65)

8. Shufiyah mengklaim bahwa Allah Ta'ala menciptakan Nabi Muhammad Shallallahu'alaihiwasalam dari cahaya-Nya, kemudian Allah Ta'ala menciptakan segala sesuatu dari cahaya Nabi Muhammad Shallallahu'alaihiwasalam

Namun Al-Qur’an mendustakan mereka. Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Qur’an:

Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: ‘Bahwa sesungguhnya sesembahan kamu itu adalah Ilah yang Esa’.” (Al-Kahfi: 110)

Firman-Nya tentang penciptaan Nabi Adam 'alaihisalam:

(Ingatlah) ketika Rabbmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.” (Shad: 71)

Adapun hadits: “Yang pertama diciptakan adalah cahaya Nabimu, wahai Jabir.” adalah hadits maudhu’ (palsu).

9. Shufiyah mengklaim bahwa ibadah kepada Allah Ta'ala tidaklah dilakukan karena takut kepada neraka atau mengharapkan surga. 

Mereka berpendapat bahwa ibadah karena mengharapkan surga adalah kesyirikan, sebagaimana diucapkan oleh tokoh mereka Sya’rawi. (Lihat Ash-Shufiyah fi Mizanil Kitab was Sunnah hal. 20-21)

Padahal Allah Ta'ala berfirman:

Maka Kami memperkenankan doanya dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada kami.” (Al-Anbiya: 90)

Ibadah haruslah memenuhi tiga rukunnya: khauf (rasa takut), raja’ (rasa harap), dan mahabbah (rasa cinta).

10. Sebagian Shufiyah mengklaim bahwa Allah Ta'ala menciptakan dunia karena Muhammad Shallallahu'alaihiwasalam. 

Allah Ta'ala mendustakan mereka. Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Qur’an:

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56)

Allah Ta'ala berfirman kepada Rasul-Nya, Muhammad Shallallahu'alaihiwasalam:

“Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al-yakin (ajal).” (Al-Hijr: 99)

11. Mereka membaca shalawat-shalawat yang tidak diajarkan Rasulullah Shallallahu'alaihiwasalam. 

Bahkan shalawat-shalawat yang mengandung kesyirikan, yang tak akan diridhai oleh Rasulullah Shallallahu'alaihiwasalam.(4)

12. Shufiyah mengklaim bisa melihat Allah Ta'ala di dunia. 

Al-Qur’an menunjukkan kedustaan mereka, karena Allah Ta'ala berfirman kepada Nabi Musa 'alaihisalam:

Dan tatkala Musa datang untuk (bermunajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Rabbnya telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Rabbku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau.” Allah berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku.” (Al-A’raf: 143) [Lihat Ash-Shufiyah fi Mizanil Kitabi was Sunnah hal. 8-21]

1 Keyakinan seperti ini adalah keyakinan yang syirik. Lain halnya bila yang dimaksud dengan istilah ini tidak sampai pada tingkatan rububiyah (ikut mengatur alam). -red

2 Tarian ini sekarang lebih dikenal dengan sebutan whirling dervish. Dervish (darwis) adalah sebutan untuk penarinya. -red

3 Muhammad Hisham Kabbani, tokoh tarekat Naqsyabandiyah Haqqani. Oleh media, ia disebut-sebut sebagai “syaikh” sufi paling berpengaruh di dunia saat ini. -red

4 Di antaranya shalawat yang mereka namakan shalawat Nariyah. Ini adalah shalawat yang berisi kesyirikan karena disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihiwasalam mampu menghilangkan kesulitan, melapangkan kesusahan, dan menunaikan kebutuhan. (Lihat Al- Firqatun Najiyah)

"Siapakah Sufi? Paham Sufi dalam Timbangan Al-Qur’an dan Assunnah"
ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Abdillah Abdurrahman Mubarak
AsySyariah.com
Tulisan ini ditujukan untuk ana dan keluarga. Dibuat dengan cinta. Saran dan nasihat silakan tulis di kolom komentar.

Ada Pertanyaan?




Silakan antum tanyakan ke asatidzah dengan datang saja ke majelis ilmu terdekat, cek lokasinya kajian Info Kajian. Baarakallahu fiikum.
Previous
Next Post »
0 Komentar

Silakan tuliskan komentar, saran dan nasihat antum. Namun tidak semua akan tampilkan.