Sampaikan Sunnah Dan Jangan Berdebat

Sampaikanlah Sunnah | al-uyeah.blogspot.com
Bismillah, mamen. Sering kali kita dalam menyampaikan tauhid dan sunnah, dalam menegakkantauhid dan sunnah. Kita menemui halang dan rintangan. Dan salah satu akibat dari hati yang menolak sunnah adalah memperdebatkan sunnah yang kita sampaikan. Perdebatan akhirnya justru mengarahkan kita kepada syubhat-syubhat, caci maki, kebencian, dll. Yuk kita perhatikan nasihat berikut mamen, bagaimana kita menghadapi hal itu.

Salah satu kaidah dalam penerapan Sunnah adalah menyampaikan Sunnah dan tidak memperdebatkannya. Karena memperdebatkan Sunnah hanya akan membawa pada pertikaian yang berbuntut pelecehan terhadap Sunnah Nabawiyah itu sendiri. Berkata Imam Malik rahimahullah: “Perdebatan hanyalah akan membawa pada pertikaian dan menghilangkan cahaya ilmu dari dalam hati, serta mengeraskan hati dan melahirkan kedengkian. (Syiar a’lamin Nubala’, 8/ 106). Demikian pula dikatakan oleh Imam Syafii dan lain-lain. (Syiar A’lamin Nubala’, 10/28)

Dalam pengamalan atau penyampaian sunnah kita hanya diperintahkan untuk menyampaikan dengan jelas dan bukan memperdebatkannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Dan ta'atlah kalian kepada Allah dan taatlah kepada Rasul-(Nya) dan berhati-hatilah. Jika kalian berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. (al-Maidah: 92)

Sampaikanlah Sunnah dengan menjelaskan dalil-dalilnya secara ilmiah yaitu dengan menunjukkan keshahihan haditsnya dan menjelaskan ucapan para Ulama tentang maknanya. Dengan kata lain kita hanya menegakkan hujjah (dalil/keterangan, red) dan menunjukkan kebenarannya secara riwayat dan dirayah (memastikan kebenaran istinbat (pengambilan, red) hukumnya). Adapun masalah hidayah ada di tangan Allah. 

Kita tidak bisa memaksa setiap orang untuk menerima hidayah. Sehingga jika ada sebagian manusia yang membantah atau memperdebatkan Sunnah setelah jelas baginya hujjah, maka itu hanyalah salah satu dari beberapa cara penolakan terhadap Sunnah. Untuk itu mereka harus kita tinggalkan dan kita tidak perlu sibuk melayaninya. Jika kita melayani mereka, maka hal itu hanyalah akan membuang- buang waktu dan tidak akan memberikan faedah sama sekali, bahkan hanya akan menimbulkan madlarat.

Allah mengancam mereka yang menolak sunnah setelah jelas baginya dengan Adzab neraka Jahanam, sebagaimana firman-Nya:

Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. (an-Nisaa’: 115)

Pada suatu hari, Imam Malik pernah ditanya oleh seorang yang bernama Haitsam bin Jamil: “Wahai Abu Abdillah (yakni imam Malik), seorang yang memiliki ilmu tentang sunnah apakah boleh dia berdebat untuk membelanya?” Imam Malik menjawab: “Jangan! Tetapi hendaklah dia menyampaikan sunnah tersebut. Jika diterima, itulah yang diharapkan; namun jika ditolak, maka diamlah”. (Jami’ Bayanul Ilmih wa Fadlihi, juz 2 hal. 94)

Demikian pula Imam Ahmad menyatakan: “Sampaikanlah sunnah dan jangan kalian memperdebatkannya”. (Thabaqat al-Hanabilah, Ibnu Abi Ya’la, melalui nukilan Syaikh Barjas dalam Dlaruratul Ihtimam, hal. 89)

Para ulama telah mengingatkan kaum muslimin agar mereka jangan memperdebatkan masalah agama. Yang diperintahkan kepada mereka adalah mengamalkan hal-hal yang telah diperintah oleh Allah dan Rasul-Nya dan meninggalkan hal-hal yang telah dilarang. Kebinasaan yang telah menimpa orang- orang sebelum kita adalah karena banyaknya perdebatan, protes dan pertentangan serta perselisihan mereka terhadap nabi-nabi mereka.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
Apa yang aku larang, tinggalkanlah. Dan apa yang aku perintahkan, kerjakanlah sebisa kalian. Karena sesungguhnya kebinasaan orang-orang sebelum kalian adalah karena banyaknya perselisihan dan pertentangan mereka terhadap para nabinya. (HR. Bukhari Muslim)

Oleh karena itu, kewajiban bagi kita kepada umat adalah menyampaikan sunnah dengan menjelaskan keshahihan riwayatnya dan kejelasan maknanya menurut ulama salaf. Jika mereka menerima dakwah kita, kita ucapkan “Alhamdulillah”. Dan kalau mereka menolak dengan mempermasalahkan dan memperdebatkannya dengan akal dan perasaan mereka, maka tinggalkanlah!.

Penulis : Ust. Muhammad Umar As Sewed
Judul Asli : Kaidah Penerapan Sunnah | Kaidah Kedua 
Diambil Dari : Pembelaan Terhadap Sunnah
Tulisan ini ditujukan untuk ana dan keluarga. Dibuat dengan cinta. Saran dan nasihat silakan tulis di kolom komentar.

Ada Pertanyaan?




Silakan antum tanyakan ke asatidzah dengan datang saja ke majelis ilmu terdekat, cek lokasinya kajian Info Kajian. Baarakallahu fiikum.
Previous
Next Post »
0 Komentar

Silakan tuliskan komentar, saran dan nasihat antum. Namun tidak semua akan tampilkan.