Bahaya Kejahilan | al-uyeah.blogspot.com |
Kejahilan terhadap syariat terkadang menjadikan seseorang bersifat gegabah, serampangan, dan tergesa-gesa dalam berbuat. Ia dengan mudah melakukan sesuatu padahal akan memudharatkan dirinya. Betapa sering, karena kejahilan, seseorang terjatuh ke dalam perbuatan kufur dan kesyirikan, bid’ah, pengingkaran terhadap sesuatu yang sudah jelas ada nashnya dalam syariat dan terjatuh dalam berbagai bentuk kemaksiatan.
Kita saksikan sekeliling kita. Ada orang yang hanya bermodal bisa memimpin dzikir dan membaca doa, ia posisikan dirinya sebagai orang yang terpandang walaupun buta terhadap ilmu agama. Ada pula orang yang gemar berceloteh di panggung-panggung dan di mimbar-mimbar, merasa dirinya seakan da’i yang tidak tertandingi, padahal dia tidak memiliki ilmu agama kecuali hanya sedikit saja.
Allah 'Azza wa Jalla telah banyak menjelaskan di dalam ayat-Nya tentang bahaya kejahilan, di antaranya:
1. Allah 'Azza wa Jalla menceritakan tentang kaum Nabi Musa ‘alaihissalam:
قَالُوايَامُوْسَىاجْعَلْلَنَاإِلَهًاكَمَالَهُمْآلِهَةٌقَالَإِنَّكُمْقَوْمٌتَجْهَلُوْنَ
“Mereka (Bani Israil) mengatakan: ‘Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah sesembahan (berhala) sebagaimana mereka memiliki sesembahan-sesembahan.’ Musa menjawab: ‘Sesungguhnya kalian adalah kaum yang tidak mengetahui.” (Al-A’raf: 136)
Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullahu mengatakan:
“Allah mensifati Bani Israil dengan kejahilan karena mereka mengetahui bukti-bukti kekuasaan Allah, yang mestinya hal itu tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk meminta (sesuatu yang hanya mampu dilakukan Allah) kepada selain Allah. Akan tetapi mereka terkenal sangat keras penentangannya, tinggi kejahilannya dan orang-orang yang tidak memiliki pendirian.” (Fathul Qadir, hal. 586)
2. Allah 'Azza wa Jalla berfirman:
أَئِنَّكُمْلَتَأْتُوْنَالرِّجَالَشَهْوَةًمِنْدُوْنِالنِّسآءِبَلْأَنْتُمْقَوْمٌتَجْهَلُوْنَ
“Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk memenuhi nafsu kalian bukan (mendatangi) wanita, sesungguhnya kalian adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatan kalian).” (An-Naml: 55)
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullahu berkata:
“Bagaimana kalian sampai melakukan demikian terhadap syahwat kalian. Kalian melampiaskannya kepada kaum pria melalui dubur mereka, padahal itu tempat keluar kotoran. Dan kalian meninggalkan apa yang Allah ciptakan buat kalian dari wanita-wanita, yaitu tempat-tempat yang baik di mana setiap manusia telah difitrahi untuk condong kepadanya. Demikianlah bila urusan telah terbalik, kalian menganggap yang jelek itu baik dan yang baik itu jelek, akan tetapi kalian tidak mengetahui artinya. Kalian melanggar batasan-batasan Allah dan melanggar larangan-larangan-Nya.” (Tafsir As-Sa’di hal. 556)
3. Allah 'Azza wa Jalla berfirman:
قَالَهَلْعَلِمْتُمْمَافَعَلْتُمْبِيُوْسُفَوَأَخِيْهِإِذْأَنْتُمْجَاهِلُوْنَ
“Yusuf berkata: ‘Apakah kalian mengetahui (kejelekan) apa yang kalian telah lakukan terhadap Yusuf dan saudaranya ketika kalian tidak mengetahui akibat perbuatan kalian itu.” (Yusuf: 89)
Ayat ini menjelaskan satu bentuk alasan yang mengakibatkan saudara-saudara Nabi Yusuf terjatuh dalam perbuatan yang tidak sepantasnya terjadi, atau ayat ini merupakan sebuah cercaan terhadap saudara-saudara Nabi Yusuf karena mereka melakukan perbuatan-perbuatan orang jahil.
4. Allah 'Azza wa Jalla berfirman:
قُلْأَفَغَيْرَاللهِتَأْمُرُونِّيأَعْبُدُأَيُّهَاالْجَاهِلُوْنَ
“Katakanlah: Apakah kalian menyuruh aku untuk menyembah selain Allah, hai orang-orang yang tidak berpengetahuan.” (Az-Zumar: 64)
Di dalam ayat ini Allah 'Azza wa Jalla memerintahkan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mengatakan kepada oang-orang jahil (tentang perkataan mereka yang sesat, red.). Perintah orang-orang kafir kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk menyembah selain Allah 'Azza wa Jalla itu didasari oleh kejahilan. Jika mereka berilmu tentang Allah 'Azza wa Jalla yang Maha Sempurna dari semua sisi, niscaya mereka tidak akan memerintahkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan hal itu.
Judul asli "Awas, Dukun dan Tukang Ramal Penciduk Agama dan Harta!"
Penulis : Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah An-Nawawi
0 Komentar
Silakan tuliskan komentar, saran dan nasihat antum. Namun tidak semua akan tampilkan.