Kejahilan Sumber Malapetaka | al-uyeah.blogspot.com |
Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu mengatakan: “Rukun kekufuran ada empat yaitu sombong, hasad, marah, dan syahwat. Sifat sombong akan mencegah seseorang untuk tunduk, hasad menghalangi untuk menerima nasihat, marah akan menghalangi untuk berbuat adil, dan syahwat akan menghalangi untuk konsentrasi dalam beribadah.
Apabila hancur pondasi kesombongan akan mudah baginya untuk tunduk; apabila pondasi hasad runtuh maka akan mudah baginya menerima nasihat dan melaksanakannya. Bila pondasi marah runtuh maka akan mudah baginya untuk berbuat adil dan tawadhu’; dan bila pondasi syahwat itu hancur maka akan mudah baginya untuk bersabar, menahan diri dari maksiat serta istiqamah dalam beribadah.
Memindahkan sebuah gunung dari tempatnya lebih ringan, gampang dan mudah dibanding menghilangkan keempat perkara ini bagi orang yang telah terkena. Terlebih bila semua telah menjadi perilaku dan tabiat yang mendarah daging. Bersamaan dengan itu, tidak akan lurus amalan apapun yang dibangun di atasnya dan amalan-amalan tersebut tidak akan dapat membersihkan dirinya. Setiap kali dia membangun sebuah amalan, maka akan diruntuhkan oleh keempat perkara tersebut, dan segala macam penyakit bermuara darinya.
Bila keempat perkara tersebut menancap di dalam hati maka akan menampilkan kebatilan sebagai kebenaran, kebenaran sebagai kebatilan, ma’ruf dalam bentuk mungkar dan mungkar dalam bentuk ma’ruf, dan dunia akan mendekatinya sedangkan akhirat akan menjauh darinya. Bila kamu meneliti kekufuran umat terdahulu (kamu akan menjumpai, pen.) semuanya bermuara dari keempat perkara tersebut. Dan besar kecilnya sebuah adzab tergantung dari besar dan kecilnya keempat sifat tersebut. Barangsiapa membiarkan keempat rukun kekufuran tersebut pada dirinya, maka dia telah membuka pintu kejahatan pada dirinya. Dan barangsiapa menutupnya maka akan tertutup pintu-pintu kejahatan pada dirinya.
Keempat perkara di atas akan menyebabkan seseorang terhalang untuk tunduk, ikhlas, bertaubat, menerima kebenaran, menerima nasihat dari saudaranya, dan tawadhu’ di hadapan Allah 'Azza wa Jalla dan di hadapan makhluk. Keempat sifat tersebut disebabkan kejahilan tentang Rabbnya dan kejahilan tentang dirinya. Jika dia mengetahui Allah 'Azza wa Jalla dengan sifat-sifat-Nya yang Maha Sempurna dan Agung, serta dia mengetahui tentang dirinya yang penuh kelemahan dan serba kekurangan, niscaya dia tidak akan menyombongkan diri, tidak akan marah, dan tidak akan iri hati kepada siapapun yang telah mendapatkan anugerah dari Allah 'Azza wa Jalla.” (Al-Fawaid, hal. 174-175)
Al-Imam Mujahid rahimahullahu dan selain beliau mengatakan: “Setiap orang yang bermaksiat kepada Allah 'Azza wa Jalla baik sengaja atau tidak, dia adalah orang jahil sampai dia bertaubat.”
Al-Imam Qatadah rahimahullahu meriwayatkan dari Abu ‘Aliyah, ia mengatakan tentang para shahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa mereka berkata:
“Setiap dosa yang dilakukan oleh seorang hamba, asasnya adalah kejahilan.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir)
Abdur Razzaq rahimahullahu berkata: Ma’mar telah menyampaikan kepada kami dari Qatadah bahwa ia berkata: “Para shahabat telah ijma’ (bersepakat) bahwa segala kemaksiatan dasarnya adalah kejahilan, baik disengaja ataupun tidak.”
Ibnu Juraij rahimahullahu berkata: Abdullah bin Katsir menyampaikan kepadaku dari Mujahid bahwa ia berkata: “Setiap pelaku kemaksiatan kepada Allah 'Azza wa Jalla adalah dalam keadaan jahil ketika melakukannya.”
Ibnu Juraij rahimahullahu juga berkata: ‘Atha bin Abi Rabbah telah menyampaikan kepadaku ucapan yang sejenis.
Abu Shalih rahimahullahu berkata (riwayat) dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu 'anhuma: “Kejahilan seseorang akan menyebabkan dia melakukan kejahatan.” (Ibnu Katsir rahimahullahu dalam Tafsir-nya, 1/572)
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullahu berkata di dalam Tafsir beliau bahwa kejahilan yang dimaksud adalah:
“Kejahilan tentang akibat perbuatan itu, kejahilan tentang sebuah amalan yang akan mengundang murka Allah dan adzab-Nya, kejahilan dirinya tentang pantauan Allah dan penglihatan-Nya, kejahilan tentang amalan yang akan merugikan iman atau menghilangkannya. Berdasarkan tinjauan ini, maka setiap orang yang bermaksiat kepada Allah 'Azza wa Jalla, dia adalah orang jahil walaupun dia berilmu tentang keharaman.”
Dikutip dari "Awas, Dukun dan Tukang Ramal Penciduk Agama dan Harta!"
Penulis : Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah An-Nawawi
0 Komentar
Silakan tuliskan komentar, saran dan nasihat antum. Namun tidak semua akan tampilkan.