Berhati-hati Dari Orang Jahil | al-uyeah.blogspot.com |
Allah 'Azza wa Jalla dan Rasul-Nya telah memperingatkan kita agar berhati-hati dari orang jahil dan sepak terjangnya, karena bahaya berteman dengan mereka sangat besar. Dia akan menjerumuskan dirimu ke lubang kemaksiatan walaupun kamu mengetahui hukumnya. Orang jahil lebih dekat kepada Iblis dan tentara-tentaranya daripada kepada Allah 'Azza wa Jalla dan tentara-tentara-Nya, dan mereka sendiri adalah tentara Iblis. Bila kamu mendekati mereka, pasukan Iblis akan bergerak untuk menciduk dirimu, agama dan hartamu.
Dalam kehidupan kaum muslimin sekarang ini sangat terlihat berbagai praktek kehidupan yang didasari oleh kejahilan. Bahkan mayoritas praktek kehidupan yang merupakan perilaku jahiliyah menjadi kebanggaan. Prinsip mereka adalah apa yang di jelaskan oleh Allah 'Azza wa Jalla di dalam firman-Nya:
قَالُوابَلْنَتَّبِعُمَاأَلْفَيْنَاعَلَيْهِآبَاءَنَاأَوَلَوْكَانَآبَاؤُهُمْلاَيَعْقِلُوْنَشَيْئًاوَلاَيَهْتَدُوْنَ
“Mereka berkata: ‘(tidak) kami hanya mengikuti apa yang kami telah dapati dari perbuatan nenek moyang kami.’ Apakah mereka akan mengikuti juga walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui sesuatu apapun dan tidak mendapat petunjuk.” (Al-Baqarah: 170)
Pertanyaan ini telah dijawab oleh kenyataan yang ada bahwa walaupun nenek moyang mereka dalam keadaan tidak mengetahui, tidak mendapatkan petunjuk dan berada dalam kesesatan, toh nenek moyang itu tetap diikuti dari ujung rambut sampai ujung kaki. Demikianlah bahaya kebodohan, yaitu akan membutakan sehingga tidak bisa melihat cahaya Allah 'Azza wa Jalla yang telah menerangi alam ini, malamnya bagaikan siang.
Prinsip “mati urip” membela ajaran nenek moyang dijadikan sebagai senjata untuk menolak kebenaran, berpaling darinya dan membencinya. Dengan prinsip di atas mereka berani membela kebatilan dan melindungi pelakunya.
1. Allah 'Azza wa Jalla telah memperingatkan di dalam firman-Nya:
فَلاَتَكُوْنَنَّمِنَالْجَاهِلِيْنَ
“Maka janganlah kalian termasuk orang-orang yang jahil.” (Al-An’am: 35)
Ayat ini menjelaskan agar kita jangan sampai menjadi orang jahil yang tidak mengetahui hakikat permasalahan dan meletakkan permasalahan tidak pada tempatnya.
2. Allah 'Azza wa Jalla membimbing agar Nabi Musa ‘alaihissalam berlindung dari sifat kejahilan:
قَالَأَعُوْذُبِاللهِأَنْأَكُوْنَمِنَالْجَاهِلِيْنَ
“Musa berkata: ‘Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang orang yang bodoh.’” (Al-Baqarah: 67)
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullahu berkata:
“Karena sesungguhnya orang jahil itu adalah orang yang berbicara dengan sebuah ucapan yang tidak berfaidah dan orang-orang yang suka menghina orang lain.” (Tafsir As-Sa’di hal. 37)
Beliau juga mensifati orang-orang jahil dan tolol dengan:
“Kejahilan tentang maslahat dirinya dan dia melakukan segala apa yang memudharatkannya.” (Tafsir As-Sa’di, hal. 26)
3. Allah 'Azza wa Jalla menceritakan tentang Nabi Ibrahim ‘alaihissalam agar menyingkir dan meninggalkan orang-orang jahiliyah dalam firman-Nya:
وَأَعْتَزِلُكُمْوَمَاتَدْعُوْنَمِنْدُوْنِاللهِوَأَدْعُورَبِّيعَسَىأَنْلاَأَكُوْنَبِدُعَاءِرَبِّيشَقِيًّا
“Dan aku akan menyingkir dari kalian dan apa-apa yang kalian sembah selain Allah dan aku hanya berdoa kepada Rabbku semoga aku dengan itu tidak termasuk orang-orang yang celaka.” (Maryam: 48)
4. Allah 'Azza wa Jalla bercerita tentang sikap Nabi Musa‘alaihissalam terhadap kaumnya dalam firman-Nya:
وَإِنِّيعُذْتُبِرَبِّيوَرَبِّكُمْأَنْتَرْجُمُوْنِ. فَإِنَّلَمْتُؤْمِنُوالِيفَاعْتَزِلُوْنِ
“Sesungguhnya aku berlindung kepada Rabbku dan Rabb kalian dari keinginan kalian merajamku, dan jika kamu tidak beriman kepadaku maka biarkanlah aku menyingkir dari kalian (memimpin bani Israil).” (Ad-Dukhan: 20-21)
5. Allah 'Azza wa Jalla bercerita tentang Ashabul Kahfi dalam firman-Nya:
وَإِذِاعْتَزَلْتُمُوْهُمْوَمَايَعْبُدُوْنَإِلاَّاللهَفَأْوُواإِلَىالْكَهْفِيِنْشُرْلَكُمْرَبُّكُمْمِنْرَحْمَتِهِوَيُهَيِّئْلَكُمْمِنْأَمْرِكُمْمِرْفَقًا
“Apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu niscaya Rabbmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepada kalian dan menyediakan sesuatu yang berguna buat kalian dalam urusan kalian.” (Al-Kahfi: 16)
6. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memperingatkan di dalam sabdanya:
إِنَّاللهَلاَيَقْبِضُالْعِلْمَانْتِزَاعًايَنْتَزِعُهُمِنَالْعِبَادِوَلَكِنْيَقْبِضُالْعِلْمَبِقَبْضِالْعُلَمَاءِحَتَّىإِذَالَمْيُبْقِعَالِمًااتَّخَذَالنَّاسُرُؤُوْسًاجُهَّالاًفَسُئِلُوافَأَفْتَوْابِغَيْرِعِلْمٍفَضَلُّوْاوَأَضَلُّوْا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dengan mencabutnya dari setiap hamba namun Allah mencabutnya dengan mematikan orang-orang alim. Sehingga di saat Allah tidak menyisakan seorangpun dari mereka, manusia mengangkat orang-orang jahil sebagai pemimpin mereka. Mereka ditanya merekapun berfatwa tanpa dasar ilmu sehingga sesat dan menyesatkan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
7. Al-Imam Malik rahimahullahu mengatakan:
“Tidak boleh mengambil ilmu dari empat orang (1) Orang yang memproklamirkan kejahilannya (2) Orang yang selalu mengikuti hawa nafsu (3) Orang yang terkenal pendusta dalam ucapannya walaupun dia tidak berdusta atas nama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam (4) Orang memiliki keutamaan dan kebaikan namun dia tidak mengetahui apa yang sedang diucapkannya.” (Jami’ Bayan Al-‘Ilmi, 2/48)
Dalil-dalil di atas menjelaskan kepada kita sikap yang selamat dan menyelamatkan yaitu menyingkir dari orang-orang jahil yang tidak mau menerima kebenaran. Dan termasuk dari sederetan orang-orang jahil adalah para dukun dan tukang ramal.
Judul asli : "Awas, Dukun dan Tukang Ramal Penciduk Agama dan Harta!"
Penulis : Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah An-Nawawi
0 Komentar
Silakan tuliskan komentar, saran dan nasihat antum. Namun tidak semua akan tampilkan.