Taqlid | al-uyeah.blogspot.com |
Aqidah yang rusak adalah lawan aqidah shahihah. Yaitu aqidah yang terambil dari peninggalan nenek moyang (taqlid), dari fanatisme golongan, jamaah, atau individu, dan yang terambil dari akal. Tentang aqidah yang rusak ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjelaskan di dalam firman-Nya:
“Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: ‘Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka.’(Rasul itu) berkata: ‘Apakah kamu akan mengikuti mereka, sekalipun aku membawa untuk kalian (agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?’Mereka menjawab: ‘Sesungguhnya kami mengingkari yang kamu diutus untuk menyampaikannya’.”(Az-Zukhruf: 23-24)
“Dan apabila dikatakan kepada mereka (orang-orang kafir): ‘Ikutilah apa yang diturunkan oleh Allah!’Mereka mengatakan: ‘(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami.’(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui sesuatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”(Al-Baqarah: 170)
“Maka tatkala Musa datang kepada mereka dengan membawa mu’jizat-mu’jizat Kami yang nyata, mereka berkata: ‘Ini tidak lain hanyalah sihir yang dibuat-buat dan kami belum pernah mendengar (seruan yang seperti) ini pada masa nenek moyang kami dulu’.”(Al-Qashash: 36)
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu ia berkata: ‘Hai kaumku, sembahlah oleh kalian Allah (karena) sekali-kali tidak ada sembahan bagi kalian selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya).’Maka pemuka-pemuka orang yang kafir diantara kaumnya menjawab: ‘Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kalian, yang bermaksud hendak menjadi orang yang lebih tinggi dari kalian. Dan kalau Allah menghendaki, tentu dia mengutus beberapa orang malaikat, belum pernah kami mendengar (seruan yang seperti) ini pada masa nenek moyang kami dahulu. Ia tidak lain hanyalah seseorang lelaki yang berpenyakit gila, maka tunggulah (sabarlah) terhadapnya sampai suatu waktu’.”(Al-Mu’minun: 23-25)
“Mereka menjadikan orang alim dan rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al-Masih putra Maryam padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa”. (At-Taubah: 31)
Ayat ini ditafsirkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada ‘Adi bin Hatim ketika ia datang dalam keadaan sudah menjadi seorang muslim (sebelumnya ia adalah seorang Nasrani) sebagaimana riwayat Al-Imam Ahmad dalam Musnad beliau (4/378) dan Al-Imam At-Tirmidzi (no. 3094). ‘Adi bin Hatim menemui Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam membacakan ayat ini. ‘Adi bin Hatim berkata: “Mereka tidak menyembahnya.”Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: “Bahkan (mereka menyembahnya), (bukankah) mereka (orang alim dan pendeta-pendeta tersebut) telah mengharamkan apa yang dihalalkan atas mereka, dan menghalalkan apa yang telah diharamkan atas mereka lalu mereka mengikutinya? Itulah penyembahan kepada mereka.”(Dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ghayatul Maram no. 6)
Ayat-ayat di atas menjelaskan corak aqidah batil yang diambil dari ajaran nenek moyang, ajaran seseorang atau kelompoknya. Ayat-ayat di atas juga menjelaskan corak kehidupan jahiliyyah yang melilit leher-leher mereka dengan belenggu taqlid. Juga corak kehidupan Yahudi dan Nasrani yang dikungkung dalam penjara ghuluw (berlebihan) dalam mensikapi tokoh-tokoh mereka.
Oleh karena itu mereka terus menerus berlabuh di lautan kebodohan dengan perahu tanpa nahkoda. Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam kitab Masail Al-Jahiliyyah mengatakan: “Sesungguhnya keyakinan (agama) mereka dibangun di atas prinsip-prinsip dasar yang paling besar yaitu taqlid (mengekor), dan ini merupakan kaidah yang besar terhadap seluruh agama kekafiran yang dulu ataupun yang terakhir.”
Dikutip dari "Bahaya Laten Penyimpangan Aqidah"
Penulis : Al-Ustadz Abu Usamah bin Rawiyah An-Nawawi
0 Komentar
Silakan tuliskan komentar, saran dan nasihat antum. Namun tidak semua akan tampilkan.