Kebo Bule | al-uyeah.blogspot.com |
Haramnya Menyembelih Hewan untuk selain Allah Ta'ala. Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab al-Wushabi membuat bab dengan judul “Diharamkannya menyembelih untuk selain Allah.” Kemudian beliau membawakan firman Allah Ta'ala:
Katakanlah, “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (al-An’am: 162—163)
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah berkata, “Wa nusuki maknanya adalah sembelihanku….” (Taisir al-Karim ar-Rahman hlm. 282)\
Juga firman Allah Ta'ala:
“Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu dan berkorbanlah.” (al-Kautsar: 2)
Dari Ali bin Abi Thalib radiyallahu'anhu, Rasulullah Shallallahu'alaihiwasalam bersabda:
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab al-Wushabi berkata, “Dari dalil-dalil di atas dapat diambil pemahaman bahwa menyembelih adalah ibadah, dan ibadah tidak boleh dilakukan selain untuk Allah Ta'ala. Barang siapa memalingkannya untuk selain Allah Ta'ala, dia telah melakukan syirik akbar.
Barang siapa menyembelih untuk selain Allah Ta'ala, seperti untuk jin, kuburan, atau yang lain, dia pantas mendapatkan laknat dan dijauhkan dari rahmat Allah Ta'ala, melainkan jika dia bertaubat karena siapa yang bertaubat, Allah Ta'ala akan menerima taubatnya.” (al-Qaulul Mufid hlm. 126)
Masuk Neraka karena Seekor Lalat
Dari Thariq bin Syihab, (beliau menceritakan) bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihiwasalam pernah bersabda, “Ada seorang lelaki yang masuk surga gara-gara seekor lalat. Ada pula lelaki lain yang masuk neraka gara-gara lalat.”
Mereka (para sahabat) bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi, wahai Rasulullah?”
Beliau Shallallahu'alaihiwasalam menjawab, “Ada dua orang lelaki yang melewati daerah suatu kaum yang memiliki sesembahan selain Allah. Tidak ada seorang pun yang diperbolehkan melewati daerah itu melainkan dia harus berkorban sesuatu untuk sesembahan tersebut.
Mereka mengatakan kepada salah satu di antara dua lelaki itu, ‘Berkorbanlah.’ Dia menjawab, ‘Aku tidak punya apa-apa untuk dikorbankan.’ Mereka pun mengatakan, ‘Berkorbanlah walaupun dengan seekor lalat.’
Dia pun berkorban dengan seekor lalat sehingga mereka pun memperbolehkannya lewat dan meneruskan perjalanan. Karena itulah, dia masuk neraka.
Mereka juga mengatakan kepada lelaki yang kedua, ‘Berkorbanlah.’ Dia menjawab, ‘Tidak pantas bagiku berkorban untuk sesuatu selain Allah.’ Mereka pun memenggal lehernya dan karena itulah dia masuk surga.”
(HR. Ahmad dalam az-Zuhd [no. 15 & 16], Abu Nu’aim dalam al-Hilyah [1/203], dari Thariq bin Syihab, dari Salman al-Farisi radiyallahu'anhu secara mauquf dengan sanad yang sahih)
Perhatikanlah hadits di atas dengan baik!
Tradisi atau ritual penyembelihan binatang adalah ibadah sehingga harus dilaksanakan sesuai dengan aturan Allah Ta'ala, baik dalam hal tujuan, waktu, tempat, maupun niatnya. Adalah sebuah dosa besar, bahkan dosa terbesar, saat seorang hamba menyembelih hewan untuk selain Allah Ta'ala. Entah untuk memohon bantuan makhluk gaib, harmonisasi manusia dengan alam, meredakan amarah makhluk halus, atau sebab-sebab kesyirikan lainnya.
Menyembelih hewan dalam rangka ritual adalah perbuatan yang tidak boleh dipersembahkan kepada selain Allah Ta'ala. Barang siapa melakukannya, Allah Ta'ala akan melaknatnya. Pelakunya telah melakukan kemusyrikan.
Apabila ia mati dalam keadaan tidak bertaubat, ia akan dihukum kekal di dalam neraka. Surga haram baginya. Seluruh amalnya akan musnah bagaikan debu yang beterbangan. Penyesalan dan kesedihan, itulah kesudahan yang akan dia rasakan pada hari kemudian.
Dari sini, kita bisa mengetahui bahwa tradisi atau ritual semacam ini adalah tindakan yang sangat membahayakan. Perbuatan yang mereka lakukan bukan menolak bala, tetapi justru mengundang murka Allah Ta'ala.
Contoh terbaru adalah ritual penyembelihan korban terkait dengan bencana meletusnya gunung Merapi. Paguyuban Kebatinan Tri Tunggal (PKTT) Yogyakarta menggelar ritual tolak bala pada Senin (8/11/2010) malam. Ritual yang bernama asli Kuat Maheso Luwung Saji Rojosunya tersebut dimaksudkan agar warga Yogyakarta dan sekitarnya terhindar dari marabahaya akibat letusan Merapi. Ritual yang dipusatkan di sekitar kawasan Tugu ini diawali dengan mengarak kerbau bule. Puncak acara diisi dengan pemotongan seekor kerbau bule dan sembilan ayam jago jurik kuning sebagai sesaji untuk makhluk-makhluk halus. Kepala kerbau dan sembilan jago jurik kuning itu rencananya akan dibawa ke lereng Merapi untuk ditanam di sana.
dikutip dari "Tradisi Menyembelih di Masyarakat"
ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Nasim Mukhtar
AsySyariah.com
Katakanlah, “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (al-An’am: 162—163)
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah berkata, “Wa nusuki maknanya adalah sembelihanku….” (Taisir al-Karim ar-Rahman hlm. 282)\
Juga firman Allah Ta'ala:
“Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu dan berkorbanlah.” (al-Kautsar: 2)
Dari Ali bin Abi Thalib radiyallahu'anhu, Rasulullah Shallallahu'alaihiwasalam bersabda:
Ù„َعَÙ†َ اللهُ Ù…َÙ†ْ Ø°َبَØَ Ù„ِغَÙŠْرِ اللهِ
“Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah.” (HR. Muslim no. 1978)Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab al-Wushabi berkata, “Dari dalil-dalil di atas dapat diambil pemahaman bahwa menyembelih adalah ibadah, dan ibadah tidak boleh dilakukan selain untuk Allah Ta'ala. Barang siapa memalingkannya untuk selain Allah Ta'ala, dia telah melakukan syirik akbar.
Barang siapa menyembelih untuk selain Allah Ta'ala, seperti untuk jin, kuburan, atau yang lain, dia pantas mendapatkan laknat dan dijauhkan dari rahmat Allah Ta'ala, melainkan jika dia bertaubat karena siapa yang bertaubat, Allah Ta'ala akan menerima taubatnya.” (al-Qaulul Mufid hlm. 126)
Masuk Neraka karena Seekor Lalat
Dari Thariq bin Syihab, (beliau menceritakan) bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihiwasalam pernah bersabda, “Ada seorang lelaki yang masuk surga gara-gara seekor lalat. Ada pula lelaki lain yang masuk neraka gara-gara lalat.”
Mereka (para sahabat) bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi, wahai Rasulullah?”
Beliau Shallallahu'alaihiwasalam menjawab, “Ada dua orang lelaki yang melewati daerah suatu kaum yang memiliki sesembahan selain Allah. Tidak ada seorang pun yang diperbolehkan melewati daerah itu melainkan dia harus berkorban sesuatu untuk sesembahan tersebut.
Mereka mengatakan kepada salah satu di antara dua lelaki itu, ‘Berkorbanlah.’ Dia menjawab, ‘Aku tidak punya apa-apa untuk dikorbankan.’ Mereka pun mengatakan, ‘Berkorbanlah walaupun dengan seekor lalat.’
Dia pun berkorban dengan seekor lalat sehingga mereka pun memperbolehkannya lewat dan meneruskan perjalanan. Karena itulah, dia masuk neraka.
Mereka juga mengatakan kepada lelaki yang kedua, ‘Berkorbanlah.’ Dia menjawab, ‘Tidak pantas bagiku berkorban untuk sesuatu selain Allah.’ Mereka pun memenggal lehernya dan karena itulah dia masuk surga.”
(HR. Ahmad dalam az-Zuhd [no. 15 & 16], Abu Nu’aim dalam al-Hilyah [1/203], dari Thariq bin Syihab, dari Salman al-Farisi radiyallahu'anhu secara mauquf dengan sanad yang sahih)
Perhatikanlah hadits di atas dengan baik!
Tradisi atau ritual penyembelihan binatang adalah ibadah sehingga harus dilaksanakan sesuai dengan aturan Allah Ta'ala, baik dalam hal tujuan, waktu, tempat, maupun niatnya. Adalah sebuah dosa besar, bahkan dosa terbesar, saat seorang hamba menyembelih hewan untuk selain Allah Ta'ala. Entah untuk memohon bantuan makhluk gaib, harmonisasi manusia dengan alam, meredakan amarah makhluk halus, atau sebab-sebab kesyirikan lainnya.
Menyembelih hewan dalam rangka ritual adalah perbuatan yang tidak boleh dipersembahkan kepada selain Allah Ta'ala. Barang siapa melakukannya, Allah Ta'ala akan melaknatnya. Pelakunya telah melakukan kemusyrikan.
Apabila ia mati dalam keadaan tidak bertaubat, ia akan dihukum kekal di dalam neraka. Surga haram baginya. Seluruh amalnya akan musnah bagaikan debu yang beterbangan. Penyesalan dan kesedihan, itulah kesudahan yang akan dia rasakan pada hari kemudian.
Dari sini, kita bisa mengetahui bahwa tradisi atau ritual semacam ini adalah tindakan yang sangat membahayakan. Perbuatan yang mereka lakukan bukan menolak bala, tetapi justru mengundang murka Allah Ta'ala.
Contoh terbaru adalah ritual penyembelihan korban terkait dengan bencana meletusnya gunung Merapi. Paguyuban Kebatinan Tri Tunggal (PKTT) Yogyakarta menggelar ritual tolak bala pada Senin (8/11/2010) malam. Ritual yang bernama asli Kuat Maheso Luwung Saji Rojosunya tersebut dimaksudkan agar warga Yogyakarta dan sekitarnya terhindar dari marabahaya akibat letusan Merapi. Ritual yang dipusatkan di sekitar kawasan Tugu ini diawali dengan mengarak kerbau bule. Puncak acara diisi dengan pemotongan seekor kerbau bule dan sembilan ayam jago jurik kuning sebagai sesaji untuk makhluk-makhluk halus. Kepala kerbau dan sembilan jago jurik kuning itu rencananya akan dibawa ke lereng Merapi untuk ditanam di sana.
dikutip dari "Tradisi Menyembelih di Masyarakat"
ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Nasim Mukhtar
AsySyariah.com
1 Komentar
jazakallah semoga makin banyak dari saudara kita yang lebih mengenal tauhid yang murni...ijin share
BalasSilakan tuliskan komentar, saran dan nasihat antum. Namun tidak semua akan tampilkan.