Syarat Syafaat | al-uyeah.blogspot.com |
Kedua: Adapun syafaat yang keberadaannya ditetapkan oleh Allah 'Azza wa Jalla yaitu syafaat yang memenuhi beberapa syarat:
1. Kemampuan orang yang akan memberikan syafaat
Sebagaimana firman Allah 'Azza wa Jalla ketika menjelaskan ketidaksanggupan orang-orang yang dimintai syafaat:
وَيَعْبُدُوْنَمِنْدُوْنِاللهَمَالاَيَضُرُّهُمْوَلاَيَنْفَعُهُمْوَيَقُوْلُوْنَهَؤُلاَءِشُفَعَاؤُنَاعِنْدَاللهِ
“Dan mereka menyembah selain Allah sesuatu yang tidak bisa memberikan kemudaratan bagi mereka dan tidak pula manfaat. Dan mereka mengatakan: ‘Mereka adalah para pensyafaat kami di sisi Allah’.” (Yunus: 18)
وَلاَيَمْلِكُالَّذِيْنَيَدْعُوْنَمِنْدُوْنِهِالشَّفَاعَةَإِلاَّمَنْشَهِدَبِالْحَقِّوَهُمْيَعْلَمُوْنَ
“Dan tidaklah orang-orang yang mereka seru selain Allah memiliki syafaat akan tetapi (orang yang akan bisa memberi syafaat adalah) orang yang mengakui hak (tauhid) dan meyakini-(nya).” (Az-Zukhruf: 86)
Dari kedua ayatdi atas diketahui bahwa syafaat yang diminta dari orang yang telah mati adalah permintaan kepada mereka yang tidak memilikinya.
2. Yang akan diberikan syafaat adalah muslim yang bertauhid
Allah 'Azza wa Jalla berfirman:
مَالِلظَّالِمِيْنَمِنْحَمِيْمٍوَلاَشَفِيْعٍيُطَاعُ
“Orang-orang yang dzalim tidak memiliki teman setia seorangpun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya.” (Ghafir: 18)
Yang dimaksud dengan orang dzalim di sini adalah orang kafir, dengan dalil hadits mutawatir tentang adanya syafaat bagi pelaku dosa besar. Al-Imam Al-Baihaqi di dalam kitab Syu’abul Iman (1/205) menjelaskan: “Orang-orang dzalim yang dimaksud di sini adalah orang-orang kafir. Dan hal ini dikuatkan oleh awal ayat yang menjelaskan tentang orang kafir.”
Ibnu Katsir rahimahullahu menjelaskan:
“Artinya, tidaklah orang-orang yang mendzalimi dirinya dengan kesyirikan kepada Allah 'Azza wa Jalla akan mendapatkan manfaat dari teman dekat mereka, dan tidak pula ada seorang penolong yang akan memberikan pembelaan. Sungguh telah terputus segala hubungan dekat dari segala kebaikan.”
Dikecualikan dari semuanya itu adalah Abu Thalib, paman Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sesung-guhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan syafaat kepadanya sehingga dia berada di bagian atas (bagian yang teringan, -red.) api neraka.
3. Ada izin bagi pemberi syafaat
Sebagaimana firman Allah 'Azza wa Jalla:
مَنْذَاالَّذِييَشْفَعُعِنْدَهُإِلاَّبِإِذْنِهِ
“Tidak ada seorangpun yang memberi syafaat di sisi-Nya melainkan dengan seizin-Nya.” (Al-Baqarah: 255)
4. Yang akan mendapatkan syafaat adalah yang diridhai oleh Allah 'Azza wa Jalla
Sebagaimana firman Allah 'Azza wa Jalla:
وَكَمْمِنْمَلَكٍفِيالسَّمَوَاتِلاَتُغْنِيشَفَاعَتُهُمْشَيْئًاإِلاَّمِنْبَعْدِأَنْيَأْذَنَاللهُلِمَنْيَشَاءُوَيَرْضَى
“Dan berapa banyaknya malaikat yang ada di langit, syafaat mereka sedikitpun tidak berguna kecuali setelah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai.” (An-Najm: 36)
Adapun dalil-dalil dari Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sangatlah banyak, dan cukup kita menukilkan beberapa di antaranya:
1. Diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, beliau berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
أَنَاسَيِّدُوَلَدِآدَمَيَوْمَالْقِيَامَةِوَأَوَّلُمَنْيُنْشَقُّعَنْهُالْقَبْرُوَأَوَّلُشَافِعٍوَأَوَّلُمُشَفَّعٍ
“Aku adalah sayyid (pimpinan) anak Adam pada hari kiamat dan orang yang pertama kali dibangkitkan dari kuburnya, dan orang yang pertama kali memberi syafaat dan yang diberikan hak syafaat.”
2. Diriwayatkan oleh Al-Imam At-Tirmidzi dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, tentang firman Allah 'Azza wa Jalla:
عَسَىأَنْيَبْعَثَكَرَبُّكَمَقَامًامَحْمُوْدًا
“Semoga Allah membangkitkan kamu (Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam) pada kedudukan yang terpuji.” (Al-Isra`: 79)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya tentang ayat ini, beliau pun menjawab:
هِيَالشَّفَاعَةُ
“Itulah syafaat.”
3. Diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dari shahabat Jabir bin Abdullah radhiallahu 'anhu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
أُعْطِيْتُخَمْسًالَمْيُعْطَهُنَّأَحَدٌقَبْلِي: نُصِرْتُبِالرُّعْبِمَسِيْرَةَشَهْرٍ،وَجُعِلَتْلِيَاْلأَرْضُمَسْجِدًاوَطَهُوْرًافَأَيُّمَارَجُلٍمِنْأُمَّتِيأَدْرَكَتْهُالصَّلاَةُفَلْيُصَلِّ،وَأُحِلَّتْلِيَالْمَغَانِمُوَلَمْتُحَلَِّلأَحَدٍقَبْلِي،وَأُعْطِيْتُالشَّفَاعَةَ،وَكَانَالنَّبِيُّيُبْعَثُإِلَىقَوْمِهِخَاصَةًوَبُعِثْتُإِلَىالنَّاسِعَامَةً
“Aku diberikan lima perkara yang tidak pernah diberikan kepada seorang nabipun sebelumku: Aku diberi kemenangan dengan takutnya musuh dari jarak satu bulan perjalanan; dijadikan bumi sebagai masjid (tempat shalat) dan alat bersuci, sehingga di mana saja seseorang dijumpai (oleh waktu) shalat maka hendaklah dia shalat; dihalalkan bagiku memakan harta ghanimah yang tidak dihalalkan (kepada seorang nabi pun) sebelumku; aku diberikan syafaat; dan nabi-nabi sebelumku diutus kepada kaumnya sedangkan aku diutus kepada seluruh manusia.”
Dikutip dari "Benarkah Syafaat Diminta Kepada Selain Allah, Bagian 1"
Penulis : Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah An-Nawawi
0 Komentar
Silakan tuliskan komentar, saran dan nasihat antum. Namun tidak semua akan tampilkan.