hanya berharap kepada Allah | al-uyeah.blogspot.com |
Dalam berdakwah kepada kaumnya, Nabi Yunus 'Alaihisalam menghadapi penentangan yang demikian keras. Sekian lama beliau berdakwah namun tidak juga membawa hasil. Keadaan ini membuat Nabi Yunus 'Alaihisalam marah dan meninggalkan kaumnya. Allah pun menegurnya.
Bagaimana akhir dari dakwah Nabi Yunus 'Alaihisalam?
Nabi Yunus 'Alaihisalam termasuk nabi dari keturunan Bani Israil. Allah Ta'ala mengutusnya kepada penduduk negeri Ninawa di Mosul (Irak). Beliau menyeru kaumnya untuk kembali kepada Allah Ta'ala, namun mereka menolaknya.
Nabi Yunus 'Alaihisalam tidak berputus asa, selalu berusaha dan berusaha mendakwahi mereka, namun mereka tetap menolak. Kemudian Nabi Yunus 'Alaihisalam mengancam dengan azab dan pergi meninggalkan mereka, tidak sabar sebagaimana mestinya. Beliau 'Alaihisalam pergi dalam keadaan marah.
Sementara itu, sepeninggal Nabi Yunus 'Alaihisalam, Allah mengilhamkan kepada kaum tersebut untuk bertaubat dan kembali kepada-Nya. Itu terjadi setelah mereka menyaksikan sebagian dari pendahuluan azab yang diancamkan kepada mereka. Allah pun menyelamatkan mereka dari azab tersebut. Secara lahiriah, Nabi Yunus 'Alaihisalam mengetahui mereka telah selamat dari azab itu, namun beliau tetap tidak mau kembali. Oleh karena itulah Allah Ta'ala berfirman:
“Ketika dia pergi dalam keadaan marah.” (Al-Anbiya: 87)
Dan firman Allah Ta'ala:
“ketika dia lari ke kapal yang penuh muatan.” (Ash-Shaffat: 140)
Nabi Yunus 'Alaihisalam naik ke kapal yang sudah penuh dengan penumpang dan barang. Sampai di tengah lautan, kapal tersebut mulai memperlihatkan tanda-tanda akan tenggelam. Saat itu hanya ada dua pilihan, mereka tetap bersama-sama di atas kapal tapi tenggelam semua, atau satu per satu dilemparkan ke laut sekedar meringankan muatan kapal dan menyelamatkan yang lain. Akhirnya diputuskan untuk memilih yang kedua. Mulailah diundi siapa yang akan dilemparkan ke laut. Termasuk dalam undian itu adalah Nabi Yunus 'Alaihisalam. Allah Ta'ala mengatakan:
“Lalu dia termasuk orang-orang yang kalah.” (Ash-Shaffat: 141)
Yakni, Nabi Yunus 'Alaihisalam kalah dalam undian tersebut. Merekapun melemparnya ke laut dan kemudian ditelan bulat-bulat oleh seekor ikan dari dalam laut. Di dalam kegelapan perut ikan itu, beliau berdoa:
“Tidak ada Ilah melainkan Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang dzalim.” (Al-Anbiya: 87)
Kemudian Allah Ta'ala memerintahkan ikan tersebut melemparkannya ke tanah yang tandus. Nabi Yunus 'Alaihisalam keluar dari perut ikan seperti anak burung yang keluar dari sebutir telur, betul-betul dalam keadaan sangat lemah. Allah Ta'ala mengasihani beliau dengan menumbuhkan untuknya sebuah pohon dari jenis labu, dan menaunginya hingga menjadi kuat.
Setelah itu Allah Ta'ala memberi perintah kepadanya untuk kembali ke tengah-tengah kaumnya, supaya mengajari dan mendakwahi mereka. Dan sekarang penduduk negeri yang berjumlah lebih 100.000 orang itu menyambut seruan beliau. Mereka beriman kepadanya dan mendapat kesenangan sampai waktu yang telah ditentukan.
Pelajaran
1. Dalam kisah ini, Allah menegur Nabi Yunus 'Alaihisalam dengan cara yang halus. Dengan menahannya di dalam perut seekor ikan, sebagai kaffarah (tebusan atas kesalahan beliau) sekaligus tanda kekuasaan Allah yang sangat besar dan karamah (mukjizat) bagi Nabi Yunus 'Alaihisalam.
2. Termasuk nikmat pula dari Allah kepada beliau adalah diterimanya dakwah beliau oleh penduduk negerinya yang berjumlah lebih dari 100.000 orang. Dan besarnya jumlah pengikut, termasuk sebagian keutamaan mereka.
3. Bolehnya melakukan undian ketika menghadapi persoalan yang musykil, mengenai siapa yang berhak atau tidak terhadap suatu perkara, apabila tidak ada yang menguatkan salah satunya. Apa yang dilakukan penumpang kapal tersebut menunjukkan kaidah yang sudah dikenal, yaitu mengambil kemudharatan yang lebih ringan untuk menolak kerusakan yang lebih besar. Tentunya sudah jelas, melempar salah seorang penumpang ke laut sangat berbahaya, namun malapetaka yang akan menimpa seluruh penumpang jauh lebih besar bahayanya.
4. Seorang hamba apabila dia memiliki hubungan yang baik dengan Rabb-nya, di mana dia selalu beramal shalih ketika dia dalam keadaan senang, Allah Ta'ala tentu mensyukuri amalnya dan mengingatnya pula ketika dia dalam keadaan kesulitan, yakni dengan melepaskannya dari kesulitan itu atau meringankan keadaannya. Oleh karena itulah Allah I berfirman dalam kisah Nabi Yunus 'Alaihisalam ini:
“Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah. Niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.” (Ash-Shaffat: 143-144)
Sabda Nabi Shallallahu'alaihiwasala:
“Doa saudaraku Dzin Nun (Nabi Yunus). Tidaklah seorang yang dalam kesulitan, lalu berdoa dengan doa ini melainkan Allah akan lepaskan dia dari kesulitan itu, yaitu: ‘Tidak ada ilah melainkan Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang dzalim’.” (HR. At-Tirmidzi dan An-Nasai dari Sa’d bin Abi Waqqash radiyallahu'anhu)
5. Iman itu menyelamatkan pemiliknya dari ketakutan dan kesulitan sebagaimana Allah Ta'ala firmankan:
“Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (Al-Anbiya: 88)
"Kisah Nabi Yunus"
(ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Muhammad Harits Abrar)
AsySyariah.com
0 Komentar
Silakan tuliskan komentar, saran dan nasihat antum. Namun tidak semua akan tampilkan.